[FF] The Hidden Story #2

thehiddenstorycover

  • Judul : The Hidden Story [Chapter 2]
  • Author : Choihan
  • Rating FF : PG-15
  • Length : Chaptered
  • Genre : AU, Drama, Slice of life, Romance, Friendship
  • Main Cast :

Kim Myungsoo [Infinite]

Choi Shinhae [OC]

Nam Woohyun [Infinite]

  • Support Cast: Temukan sendiri
  • Disclaimer : Cast milik Tuhan seorang. Aku hanya pinjam nama (?). Semuanya murni buatan author. Sama sekali tidak ada maksud untuk menjiplak karya lain dan FF ini terpikirkan setelah membaca manhwa nya Goong. Terinspirasi oleh manhwa tersebut dan beberapa manga (?). Jangan lupa Read, Like dan Comment nya ya guys~ Happy Reading^^)b maaf kalau agak gimana gitu .G
  • Summary :

Choi Shinhae. Siswi SMA kelas 3 ini tiba-tiba di kejutkan oleh suatu masalah yang membuatnya harus menikah dengan seorang laki-laki yang ia benar-benar tidak tahu siapa. Bagaimana kehidupan Choi Shinhae setelah menikah di usia 19 tahun?

The Hidden Story : Chapter Two

“Shinhae! Cepatlah! Ini sudah jam berapa?!” seru Ibu Shinhae dari lantai pertama rumahnya. Pagi yang dingin dan ramai pada hari minggu ini adalah pagi dimana Shinhae dan keluarganya akan bertemu dengan keluarga yang anaknya akan menjadi tunangan Shinhae. Mereka akan mengadakan pertemuan yang bersifat semi-resmi di salah satu restoran di Seoul pada pukul 10.00 KST. Maka dari itu, Shinhae yang pada hari minggu terbiasa bangun siang, kali ini ia disuruh ibunya untuk bangun pagi untuk mempersiapkan dirinya. “Shinhae,” tanpa Shinhae sadari, ibunya sudah berada di ambang pintu kamarnya yang terbuka lebar.

Ekor mata Shinhae sempat mendapati ibunya yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya. “Ah, Eomma?” gumamnya sambil menggerakan lipstik berwarna pink muda yang ujungnya sudah menempel di bibirnya. “Eomma, bagaimana cara memakai eyeshadow?” tanyanya setelah ia selesai dengan lipstiknya. “Ah, aku tidak suka memakai make-up selain lipstik dan bedak…” ucapnya lirih sambil melihat ke arah eyeshadow nya.
Ibunya berdecak pelan. Ia pun berjalan menuju meja rias Shinhae. Ia melihat ke kaca, terpampang wajah cantik anak perempuan satu-satunya yang sedang kebingungan melihat alat-alat make-up nya. “Menurut Eomma, kau ini sudah cantik tanpa make-up, jadi sebaiknya kau sudah cukup hanya dengan memakai bedak dan lipstik.” ucap ibu Shinhae sambil tersenyum melihat anaknya dari pantulan kaca yang ada di meja rias.
Shinhae berdeham dan melihat ke arah kaca yang menampilkan pantulan dirinya, lalu ia tersenyum. “Tentu saja.”
.
.
.
09.45 @ Salah satu restoran mewah di Seoul.

Shinhae dan keluarganya pun sampai di restoran mewah tempat mereka akan bertemu dengan si namja dan keluarganya. Pertemuan tersebut akan dilakukan di tempat khusus yang telah dipesan oleh keluarga si namja. Shinhae dan keluarganya pun berjalan menuju ke salah satu ruangan khusus di restoran tersebut. Setelah masuk ternyata ruangan tersebut masih kosong. “Eomma, sepertinya kita datang terlalu cepat.” ucapnya yang masih berdiri di ambang pintu sementara ayah dan ibunya sudah hendak duduk di tempatnya. “Aku mau ke kamar mandi sebentar.” lanjutnya, ia pun langsung keluar dari ruangan tersebut dan menuju kamar mandi. Sebenarnya ia tak tahu tujuannya pergi ke kamar mandi, tapi menurutnya hal ini bisa menjadi penenang sebelum ‘nightmare‘ benar-benar dimulai.
“Shinhae?” Shinhae terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Tepat di sebelah kirinya berdiri seorang namja bertubuh jangkung dengan rambut hitam kecoklatan yang sangat Shinhae kenal.
“Woohyun… Oppa…?” Kehadiran Woohyun ini benar-benar membuat Shinhae terkejut. Ia langsung berpikir, apakah Woohyun adalah namja yang akan menikah dengannya? Pakaian Woohyun terlihat sangat rapi seperti akan bertemu dengan seseorang yang penting. “Apa yang oppa lakukan disini?”
“Aku sedang ada janji penting dengan seseorang di salah satu ruangan khusus disini, kau sendiri?” jelas Woohyun. Saat itu juga ia sedang memakai tuxedo abu-abu, dan hari ini dia terlihat sangat rapi dan formal. Tentu saja, ia juga terlihat tampan seperti biasanya.
“Aku… mau ke kamar mandi,” kata Shinhae sambil menunjuk kamar mandi yang ada di belakang Woohyun dengan telunjuknya. Shinhae berpikir bahwa benar-benar tidak mungkin Woohyun adalah namja yang akan menikah dengan Shinhae, tapi siapa tahu?
Shinhae mengangkat sebelah tangannya untuk sedikit melambai kepada Woohyun dan dengan cepat pergi ke kamar mandi. Shinhae berdiri sambil bersender di dekat wastafel kamar mandi yang ia masuki. Ia pun kembali berpikir tentang siapa yang akan ia nikahi. Siapa namja yang akan menjadi teman mimpi buruknya? “Tidak mungkin Woohyun Oppa orangnya. Mungkin orang yang tidak kukenal.” gumamnya sambil mengusap tangannya yang ia basahi dengan air. “Semoga ini cepat berakhir…”
Lima menit sebelum pukul 10 tepat. Shinhae berlari-lari kecil ke ruangan yang akan menjadi tempat pertemuannya dengan namja yang akan ia nikahi. “Aku terlalu lama di kamar mandi.” gumamnya dengan wajah panik akan telat.
“Aku kembali.” seru Shinhae saat ia sudah masuk ke dalam ruangan khusus. Ternyata di dalam ruangan tersebut sudah ada keluarga si namja dan sosok berambut hitam itu memalingkan pandangannya ke arahku. “Kim Myungsoo?!”

♥♡♥
Setelah pertemuan itu selesai dilaksanakan Shinhae dan Myungsoo pun mengikuti perintah orang tua mereka untuk kencan berdua sebagai perawalan dari semuanya. Mereka diberi waktu dua bulan untuk pendekatan diri sebelum pernikahan diadakan.
“Jadi…” diantara Kim Myungsoo dan Choi Shinhae benar-benar terjadi kecanggungan hebat. Mereka berdua sama-sama terkejut dan tercengang setelah mengetahui bahwa mereka-lah yang akan dijodohkan. Dua orang yang baru saja saling mengenal dan yang awalnya mereka berdua langsung akrab berubah menjadi canggung dan seakan-akan baru saja kenal.

“Ah, kenapa jadi seperti ini situasinya—Oiya, ini adalah pertemuan kedua kita setelah di Café itu ya,” gumam Myungsoo sambil mengacak-acak rambutnya. Shinhae hanya tertawa pelan melihat tingkah Myungsoo. “Jangan terlalu tertekan tentang kejadian ini. Aku sudah mengerti semua latar belakang kejadian ini. Tenang saja, aku akan membantu keluargamu. Jika kau tidak suka dengan keadaan ini, kau harus bersabar sampai diambilnya keputusan untuk perceraian kita.” jelas Myungsoo sambil menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Shinhae tertawa lagi. “Sepertinya kau ini khawatir sekali. Lagian aku harus menghadapi setiap resiko dari keputusanku ini.” kata Shinhae sambil berjalan santai. Ia juga mencoba menjernihkan pikirannya.

Shinhae dan Myungsoo melanjutkan percakapan mereka sambil berjalan. Tanpa disadari mereka sudah berdiri di depan sebuah café. Mereka berdua pun memutuskan untuk melanjutkan pembicaraan mereka sambil duduk-duduk di café.

“Jadi, bagaimana kelanjutan hubungan kita ini?” tanya Shinhae dengan dahinya yang berkerut.

Myungsoo mengangkat kedua bahunya, matanya masih tidak lepas dari ponselnya. “Terserah sih.” jawab Myungsoo singkat.

Lalu, Shinhae menatapnya sinis. Ia menghembuskan nafasnya dengan mulut keras-keras. “Jangan memberi jawaban ‘terserah’ padaku.” cetus Shinhae dengan sinis. Jawaban seperti itu, menurutnya seperti orang yang tidak memberi kepastian ketika kita butuh kepastian. Shinhae sangat benci itu.

Myungsoo sejenak melirik Shinhae. Lalu, ia kembali menatap ponselnya. Setelah beberapa detik, ia meletakkan ponselnya diatas meja dan mulai berkata, “Turuti saja apa yang orang tua kita mau. Apa susahnya?—orang tua kita pasti sudah merencanakan banyak hal untuk kemajuan hubungan kita ini.” Disaat itu juga, dua Es Krim Vanilla dengan topping coklat dan permen warna-warni yang mereka pesan itu datang juga. Mereka langsung menyantap es krim tersebut tanpa mengeluarkan sepatah kata.

“Omong-omong, mulai semester besok aku akan pindah ke sekolahmu.” ucap Myungsoo setelah ia menghabiskan es krimnya duluan.

Shinhae sempat tersedak mendengar apa yang baru saja dikatakan Myungsoo. “Kau serius? Bagaimana kalau semua siswa tau bahwa kau tunanganku?” tanyanya dengan nada cepat dan panik.

“Ya, saat di sekolah kita pura-pura saja tidak saling mengenal. Paling tidak, terlihat seperti teman biasa.”

Shinhae bernafas lega. Ia tidak kepikiran tentang apa yang baru saja dikatakan Myungsoo. “Baiklah kalau begitu.” ucap Shinhae alih-alih ingin melanjutkan makan yang sempat tertunda.

“Dengar-dengar, kau pernah mengalami kecelakaan sekitar tiga tahun yang lalu. Apakah itu benar?” pertanyaan yang secara tiba-tiba keluar dari mulut Myungsoo membuat Shinhae sempat tersentak. Shinhae terdiam, lalu ia menoleh ke arah Myungsoo dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya. “Maaf. Aku tidak berniat mengagetkanmu. Aku hanya ingin tahu saja. Jika kau berkenan—“

“Ya, itu memang benar. Sekitar tiga tahun yang lalu aku mengalami kecelakaan,” sela Shinhae. Myungsoo terdiam dan membenarkan posisi duduknya sambil menunggu Shinhae melanjutkan perkataanya. “Aku tidak tahu persis bagaimana kejadian itu terjadi karena saat aku sadar aku sudah tidak ingat apa-apa. Semua ingatanku hilang. Saat itu, aku tidak ingat siapa namaku, siapa orang tuaku, dan siapa aku sebenarnya. Saat aku sadar, aku melihat ibuku sedang tidur dengan keadaan duduk di sebelahku, serta ayahku dan Woohyun oppa yang sedang berbicara dengan dokter di dekat pintu. Hari demi hari, akhirnya aku dapat sedikit mengingat orang tuaku. Anehnya, sampai sekarang aku tidak dapat mengingat apapun tentang Woohyun oppa. Dia juga tidak menunjukkan satu foto-pun sebagai bukti bahwa dulu—sebelum aku hilang ingatan—dia dekat denganku, tapi seiring berjalannya waktu akhirnya aku bisa menerima keberadaannya.” jelas Shinhae dengan panjang lebar.

Myungsoo melihat ke arah Shinhae dengan tangan menopang dagu. “Jadi begitu.” gumamnya diikuti dengan anggukan pelan. Mereka melanjutkan obrolan tentang diri mereka sendiri. Saling mengenal satu sama lain.

Mereka berdua pun berdiri dari kursi dan hendak pergi dari tempat itu. “Jika kita berdua sudah mempunyai orang yang kita cintai—dan orang itu bukan diantara kita—salah satu dari kita bisa mengajukan keputusan cerai. Mengerti?” ucap Shinhae sambil membenarkan bajunya.

“Intinya, kita bisa menghentikan pertunangan ini atau mengajukan gugatan cerai jika kita memang sudah tidak cocok satu sama lain.” jelas Myungsoo sambil berkacak pinggang. “Anyway, Kenapa kau setuju dengan orang tuamu untuk menikahkanmu dengan namja yang tidak kau kenal—seperti aku ini?” lanjutnya.

Shinhae yang awalnya sudah mulai berjalan menjauh pun langkahnya langsung terhenti mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Myungsoo. “Kenapa kau ingin tahu?”

Myungsoo berdeham pelan, memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Lalu, ia mengangkat kedua bahunya. “Entahlah.” jawabnya singkat.

Shinhae pun memutuskan untuk menjawab pertanyaan Myungsoo, “Tentu saja, demi keluargaku.”. Awalnya, Myungsoo kebingungan dengan jawaban yang dilontarkan Shinhae. Lalu, ia teringat apa yang dikatakan ayahnya saat Myungsoo baru pulang dari mengantar Shinhae ke rumahnya. “Aku pergi dulu ya, Bye.” ucap Shinhae sambil melambaikan tangannya.

Myungsoo dan Shinhae pun akhirnya berpisah. Shinhae berjalan ke arah yang berlawanan dengan Myungsoo. Shinhae pun akhirnya berniat menaiki taksi untuk pulang ke rumah. Selama perjalanan Shinhae hanya termenung karena memikirkan banyak hal.

Menghentikan pertunangan? Mengajukan gugatan cerai?—Bodoh. Seenak jidat saja ngomong begitu. Menikah saja belum. Kalau memang mudah, harusnya sudah kulakukan sejak tadi. Pasti keadaan akan semakin rumit jika semua itu terjadi.

 

Shinhae membatin dengan kesal. Ia pun meraih ponselnya dan membuka kontak yang ada di ponselnya. Lalu ia menyadari sesuatu bahwa ia lupa meminta nomor ponsel Myungsoo.

♥♡♥
Tepat tiga bulan sejak Myungsoo menjadi murid baru di sekolah Shinhae. Tunangannya itu sempat membuat heboh semua siswi di sekolahnya. Mereka semua heboh melihat kedatangan Myungsoo. Berita tentang itu juga terlontang simpang-siur sampai sempat menjadi Trending Topic sekolah mereka.

“Murid baru yang tampan dengan karisma yang tidak bisa dilawan dan selalu bisa melelehkan hati semua perempuan yang melihatnya?—Lucu sekali.” gumam Shinhae dengan nada ironi kepada Myungsoo yang sedari bel pulang sekolah masih diam dan belum beranjak dari bangkunya.

“Kau tidak mau pulang? Masih ingin tebar pesona?” lanjut Shinhae sambil berkacak pinggang. Makin lama, Shinhae makin merasa kesal akan tingkah Myungsoo yang benar-benar bertolak belakang dengan kesan pertama Shinhae terhadapnya. Pada awalnya dia terlihat dewasa dan baik, tapi kenyataan memang tidak bisa dipungkiri. Kini, Shinhae berhadapan dengan Myungsoo yang lama-kelamaan menunjukkan sifatnya yang kekanak-kanakan dan tidak pernah bisa berhenti menjahili Shinhae.

“Diamlah. Aku sedang tidak mood.” cetus Myungsoo dengan tangannya yang menopang kepalanya yang terasa berat.

“Gara-gara nilai ulanganmu?” tanya Shinhae. Ada satu hal yang paling dibenci Shinhae tentang Myungsoo, yaitu kenyataan bahwa Myungsoo sangat pintar. Myungsoo selalu mendapat nilai ulangan diatas 90 padahal dia hanya bermodal membaca buku selama sejam. Tak ada satupun pula dari ulangannya yang merupakan hasil contekan. “Jangan kekanak-kanakan, Myungsoo. Move On.—Aku pulang dulu.” Lanjut Shinhae.

Myungsoo hanya diam tak bersahut. Kemudian Shinhae berjalan keluar meninggalkan Myungsoo sendiri di kelas dan pulang.

Shinhae sampai sekarang masih bisa bernafas lega karena belum ada seorangpun yang tahu tentang hubungannya dengan Myungsoo. Ia pasti akan dihajar mati-matian oleh kumpulan penggemar Myungsoo jika hubungan mereka terungkap. Sampai sekarang mereka berdua hanya dikira teman dekat oleh teman-temannya karena kedekatan mereka.

Masih di dalam kawasan sekolah, ponsel Shinhae tiba-tiba berdering. Ia melihat nama yang ada di layar ponselnya.

BaboMyung.

Shinhae menghembuskan nafas keras-keras ketika ia menyadari bahwa nama kontak Myungsoo yang tertera di ponselnya.

“Apa?”, suara dingin Shinhae menyambut sambungannya dengan Myungsoo.

Awalnya, tidak ada tanggapan dari Myungsoo. Setelah beberapa detik, ia akhirnya berkata, “Mau makan?”.

Shinhae sempat terkaget mendengar pertanyaan Myungsoo karena tidak biasanya ia menelponnya untuk menanyakan hal-hal biasa seperti itu. “Hm, Tteokbokki?” tanya Shinhae sambil membayangkan makanan yang baru saja ia katakan.

Call! Tunggu, aku akan segera turun.”

Shinhae akhirnya pergi ke daerah Myeongdong bersama Myungsoo untuk membeli tteokbokki. Mereka menyusuri jalanan Myeondong yang tak pernah sepi akan pejalan kaki dan penjual kaki lima serta toko-toko yang berada di sepanjang tepi jalan. Pertama-tama, mereka mampir ke penjual kaki lima yang menjual jajanan khas Korea untuk membeli dua cup tteokbokki. Kemudian, mereka mampir ke sebuah toko aksesoris karena Shinhae tertarik dengan salah satu bando yang toko itu jual.

“Lucu ‘kan?”, tanya Shinhae kepada Myungsoo sambil memakai bando dengan motif hewan dan memiliki semacam telinga kucing berwarna putih diatasnya.

Myungsoo menatap Shinhae lekat-lekat. Lalu, menggeleng pelan. Ia melepas bando bermotif kucing itu dari kepala Shinhae dan menaruhnya kembali ke rak. Kemudian, ia mengambil bando bermotif beruang dan memasangkannya di kepala Shinhae. “Ini baru benar.”, ucapnya dengan nada bangga dan senyum yang tersungging di bibirnya.

Shinhae menatap bingung ke arah Myungsoo. Lalu ia bertanya, “Bando apa yang sedang kau pakaikan di kepalaku?”.

“Benar-benar mirip beruang.”, jawab Myungsoo sambil tertawa lepas.

Shinhae menghembuskan nafas dengan keras. Lalu ia melihat sinis Myungsoo, “Ya! Apa yang lucu tentang beruang?! Benar-benar tidak lucu.”. Ia hendak melepas bando itu tetapi gerakan tangannya dicegah oleh Myungsoo.

Myungsoo tersenyum tipis melihat tingkah Shinhae. Lalu, ia menarik Shinhae dan berjalan ke dalam toko. “Imo-nim, saya mau beli ini,” ucapnya kepada bibi penjual yang berdiri tidak jauh dari meja kasir. Myungsoo memberikan 2000 won kepada bibi itu dan bergegas pergi dari toko itu.

“Kim Myungsoo,” gumam Shinhae sambil mencoba melapaskan tangan kanannya yang di tarik oleh Myungsoo. Ia mencoba melepaskan dengan tangan kirinya, tapi apa daya tangan kirinya sudah penuh membawa eco bag miliknya dan satu cup tteokbokki. “Lepaskan tanganku.” lanjut Shinhae. Ia melihat punggung Myungsoo yang berjalan cepat di depan Shinhae. Punggungnya tegap dan tinggi. Aroma parfumnya yang tahan lama seperti aroma saat baru saja melewati toko bunga dan toko roti secara berurutan. Makin lama Shinhae melihatnya, tiba-tiba saja kepalanya terasa nyeri. Seketika, pikirannya penuh akan gambaran peristiwa-peristiwa yang tidak jelas.

Shinhae berhenti melangkah dan membuat Myungsoo juga ikut berhenti. Myungsoo membalikkan badan dan menundukan kepalanya untuk melihat Shinhae yang sedang tertunduk pula menatap tanah. Seketika, ia merasa tidak asing dengan peristiwa yang sedang terjadi. Myungsoo yang tadinya menggeret tangan Shinhae sambil berjalan cepat dan tiba-tiba berhenti dan menundukkan kepalanya untuk melihat Shinhae, peristiwa ini benar-benar tidak terasa asing bagi Shinhae.

Kenapa aku merasa tidak asing dengan perlakuan Myungsoo sekarang? Aku benar-benar merasa seperti pernah mengalami ini sebelumnya.

Shinhae mendongak dan menatap Myungsoo yang masih melihatnya lekat-lekat. Shinhae pun menatap Myungsoo dengan heran.

Semacam ada ingatanku yang kembali…

Apakah dia pernah menjadi bagian dari masa laluku?

♥♡♥

Tinggalkan komentar